CERIAK NERANG Desa Bukit Terak, Kec. Simpang Teritip.
Muntok(11/03/20) Ceriak Nerang Desa Bukit Terak Kecamatan Simpang Teritip Kabupaten Bangka Barat Kepulauan Bangka Belitung adalah kegiatan ritual adat atau tradisi yang dilakukan oleh masyarakat yang berada di Desa Bukit Terak Sejak nenek moyang suku Jering terdahulu, dimana ritual ini merupakan bagian dari rangkaian acara Ceriak Ngelam yang dilaksanakan sebelum masa tanam, sementara Ceriak Nerang dilakukan setelah masa panen.
Ceriak Nerang terdiri dari 2 rangkaian acara yaitu Ceriak Nerang Laut yang dilaksanakan di Tanjung Tadah Desa Air Menduyung yang dilakukan oleh dukun laut Bapak Bahtiar dan Ceriak Nerang Darat yang dilaksanakan di hutan larangan Desa Bukit terak yang dilakukan oleh Bapak Ahmid yang lebih dikenal dengan panggilan Bapak Bujel. Ceriak Nerang Darat ini dimaksudkan untuk menjaga keharmonisan kehidupan antara manusia dan alam termasuk makhluk halus/gaib. Ceriak Nerang Darat ini merupakan tradisi pemanggilan makhluk halus, supaya mereka pulang atau tidak lagi mengganggu kehidupan manusia dan sebagai wujud dari rasa syukur atas panen yang telah mereka dapatkan dalam setiap tahunnya. acara ini dilaksanakan berdasarkan pada kondisi alam seperti penampakan bulan dan juga dipengaruhi oleh penanggalan kalender china yaitu hari ke-15 (lima belas) bulan ke-2 (dua).
acara Ceriak Nerang berlangsung lancar pada selasa malam (10/03/20) di Balai Desa Bukit Terak dan dihadiri ±150 orang warga Desa Bukit terak, dipimpin oleh Dukun pak Ahmid, dan dihadiri Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Hendra, S.H.
Pada prosesi pertama ritual Ceriak Nerang warga mengikuti dengan sangat khidmat, dipimpin langsung oleh dukun pak Ahmid dalam memanjatkan do’a dihadapan para warga, selain do'a ada juga peralatan media yang di gunakan seperti dua buah perahu kecil berukuran panjang 1 meter menggunakan layar putih yang terbuat dari kulit kayu dan terdapat miniatur orang - orangan pengemudi kapal, dan satunya lagi perahu kecil tanpa layar yang mengiringi perahu layar tersebut, mangkok putih berjumlah 15 buah berisikan beras menjadi penopang lilin agar tetap berdiri dan menyala, aroma pembakaran kemenyan pun menyerbak menyelimuti sekitar menjadikan acara ritual tersebut kental dengan aroma spiritual.
Setelah pembacaan do’a selesai perahu kemudian diarak menuju kedalam hutan untuk di labuh bejarak ±200 meter dari balai desa Bukit Terak, setelah sampai di kedalaman hutan Pak Ahmid beserta warga setempat berkumpul kembali dan melakukan pembacaan do’a hingga selesai, usai pembacaan do'a warga pun meninggalkan perahu tersebut dan kembali ke Balai Desa untuk berkumpul dan melakukan ritual semacam tolak bala kepada warga yang hadir dan lilin pun ditiup pertanda acara ritual selesai, kemudian warga dihibur oleh kesenian dambus sanggar seni Sinar Bukit .
Dalam acara Ceriak Nerang ini kita bisa menyimpulkan bahwa Bangka Barat masih menyimpan warisan budaya adat istiadat tradisi turun temurun dari leluhur Desa Bukit Terak, semoga Ceriak Nerang Desa Bukit Terak ini tetap lestari, yang merupakan salah satu dari kekayaan budaya tradisi adat di Bangka Barat dalam kategori warisan budaya tak benda yang harus kita jaga sebagai bentuk apresiasi terhadap daya tarik wisata budaya yang ada di Bangka Barat.